Rabu, 14 Maret 2012

FIRST,SECOND,and THIRD CONDITIONAL



 
Uses of the Conditional
  1. First conditional
    1. Nature: Open condition, what is said in the condition is possible.
    2. Time: This condition refers either to present or to future time.
      e.g. If he is late, we will have to go without him.
      If my mother knows about this, we are in serious trouble.

  1. Second conditional
    1. Nature: unreal (impossible) or improbable situations.
    2. Time: present; the TENSE is past, but we are talking about the present, now.
      e.g. If I knew her name, I would tell you.
      If I were you, I would tell my father.
      Compare: If I become president, I will change the social security system. (Said by a presidential candidate)
      If I became president, I would change the social security system. (Said by a schoolboy: improbable)
      If we win this match, we are qualified for the semifinals.
      If I won a million pounds, I would stop teaching. (improbable)

  1. Third conditional
    1. Nature: unreal
    2. Time: Past (so we are talking about a situation that was not so in the past.)
      e.g. If you had warned me, I would not have told your father about that party.(But you didn't, and I have).









First Conditionals




We use First Conditionals to talk about events which are possible. The Conditional clause can refer to the present or the future.

Conditional clause     main clause
If+ Present Simple     - will + bare infinitive
If it rains,       we will stay at home.

• The Conditional clause can come before or
after the main clause. We use a comma at the
end of the Conditional clause when it comes
first:

If you don't try harder, you will fail.
You
will fail if you don't try harder.

• Other structures are possible, depending on what you want to say:

Conditional clause                             main clause
If+ Present Simple                             - modal verb
If you behave yourself,                     you can come.

If+ Present Simple                             - be going to (future)
If you don't work,                             you're going to fail.

If+ Present Simple                             - imperative
If you need anything,                                    ask.

If+ Present Continuous                                - will + bare infinitive
If we're leaving soon,                                    I'll get my coat.

If+ Present Perfect                            - will + bare infinitive.
If I've finished,                                              I'll be able to come.

If+ Present Perfect                            - modal verb
If you've finished,                              you can go out.

Imperative                                                      - and /or + will
Eat less                                                           and you’ll get slim





Second Conditional



We use the Second Conditional for unlikely 'situations in the present or future:          

Conditional clause                             main clause
If+ Past Simple                                   -would
If I had enough money,                    I’d retire.

• Instead of would we can use other modal verbs:
If I lost my job, I might go abroad for a while.

• Compare First and Second Conditionals:
If I lose my job, I’ll find life very difficult.
 (= there is a possibility - First Conditional)

If I lost my job, I'd find life very difficult.
(= there is no evidence - Second Conditional)


Third Conditional: no possibility

The first conditional and second conditionals talk about the future. With the third conditional we talk about the past. We talk about a condition in the past that did not happen. That is why there is no possibility for this condition. The third conditional is also like a dream, but with no possibility of the dream coming true.
Last week you bought a lottery ticket. But you did not win. :-(

condition
result

Past Perfect
WOULD HAVE + Past Participle
If
I had won the lottery
I would have bought a car.
IF
condition
result

past perfect
WOULD HAVE + past participle
If
I had seen Mary
I would have told her.
If
Tara had been free yesterday
I would have invited her.
If
they had not passed their exam
their teacher would have been sad.
If
it had rained yesterday
would you have stayed at home?
If
it had rained yesterday
what would you have done?
 
result
IF
condition
WOULD HAVE + past participle

past perfect
I would have told Mary
if
I had seen her.
I would have invited Tara
if
she had been free yesterday.
Their teacher would have been sad
if
they had not passed their exam.
Would you have stayed at home
if
it had rained yesterday?
What would you have done
if
it had rained yesterday?







2OO7, ILP BOOK, PAIS &AES

Senin, 05 Maret 2012

50 NEGERI TERMISKIN DI DUNIA

Milyaran manusia yang hidup di lima puluh negara yang digolongkan paling miskin di dunia, masih jauh dari harapan perubahan nasib.

Urbanisasi besar-besaran dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara itu ternyata cuma memberikan kesempatan perbaikan hidup secara terbatas pada sedikit saja warganya. Akibatnya, mereka justru makin menjadi manusia yang lebih rentan di hadapan persaingan yang makin ketat di dunia yang makin kurang toleran ini. Kondisi ekonomi dan pembangunan yang sangat lambat membuat rakyat di 50 negara itu dihadapkan pada bahaya krisis kemanusiaan, bahkan konflik antar warga.

Begitulah salah satu kesimpulan sebuah studi yang dilakukan UNCTAD, Badan PBB untuk urusan Pembangunan dan Perdagangan. Laporan penelitian itu Kamis petang secara bersamaan diluncurkan di sejumlah kantor perwakilan PBB di seluruh dunia, termasuk di Berlin, Jerman. Sekitar tiga perempat dari negara termiskin, atau dalam bahasa lain,
negara paling kurang maju, berada di Afrika. Sisanya berada di Asia dan Pasifik.

Sebagian besar dari 50 negara termiskin itu mengandalkan ekonomi pada sektor tradisional, yakni pertanian. Angkatan kerja yang berkerja di sektor ini mencapai angka 70 persen. Sebagian negara, seperti Bangladesh, Gambia dan Senengal mulai mengembangkan industri melalui produksi barang kelontong dan tekstil. Sejumlah negara, seperti Angola, Ginea Ekuator, Sudan dan Yaman mengandalkan ekonomi
pada ekspor minyak bumi. Sementara sebagian besar dari 50 negara termiskin di dunia itu justru merupakan pengimpor minyak bumi. Yang menarik, sebetulnya sebagian negara-negara termiskin itu mengalami angka pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Di tahun 2004 lalu, angka pertumbuhan rata-rata mencapai 5.9 persen. Masalahnya,
sebagian besar pertumbuhan itu berkaitan dengan berlipat-gandanya kucuran bantuan dari negara-negara kaya sepanjang periode 1999 hingga 2004. Sayangnya, menurut Kepala UNCTAD, Supachai Panitchpakdi pertumbuhan ekonomi tinggi itu tidak langsung mengejawantah ke dalam penyediaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Ahli ekonomi Perserikatan bangsa-Bangsa PBB, Michael Hermann menyatakan,pengangguran menjadi masalah sosial terbesar di 50 negeri termiskin itu.

"Lemahnya restrukturisasi di sektor industri dan pelayanan jasa membuat sebagian besar orang gagal menemukan pekerjaan yang sesuai. Mereka rata-rata bekerja di bidang informal, dengan tingkat produktivitas yang rendah dan upah yang murah. Mereka tenaga kasar yang tidak akan mampu bekerja di perusahaan resmi. Mereka hanya bisa membersihkan jalanan ketimbang bekerja di pabrik tekstil misalnya."

Tingkat pendidikan yang sangat rendah, serta keterampilan yang terbatas, membuat penduduk sulit bersaing di pasar kerja, karena produktivitasnya sangat rendah. Dalam hitung-hitungan UNCTAD, lima pekerja di 50 negeri termiskin itu tingkat produktivitasnya sama dengan seorang pekerja di negara berkembang. Dan kalau dibandingkan dengan negara maju, lebih parah lagi. Tingkat produktivitasnya 1
berbanding 94. Artinya, apa yang dihasilkan oleh seorang pekerja di negara maju, menyamai apa yang dihasilkan 94 orang pekerja di negeri termiskin.

Masalahnya, upaya menggerakan roda ekonomi di negara-negara miskin berhadapan pula dengan berbagai perkara lain yang bagai benang kusut. Seperti kerusuhan sosial, korupsi, dan kekuasaan para diktator. Sementara menurut Michael Hermann, bantuan dari negara maju, juga tak terlalu tertuju pada upaya peningkatan kemampuan ekonomi rakyat.

"Seruan untuk menggerakkan roda perekonomian bukan ide yang revolusioner. Tapi dalam konteks politik, seruan itu hampir seperti perubahan paradigma. Karena politik bantuan pembangunan negara barat cenderung diarahkan untuk bidang sosial. Misalnya saja bantuan lebih difokuskan untuk bidang kesehatan dan pendidikan."

Huru-hara, kemiskinan, penindasan, korupsi, tingginya utang luar negeri, langkanya lapangan kerja dan sangat rendahnya upah, membuat banyak warga 50 negara termiskin itu tergerak mengadu nasib ke negara-negara industri maju. Masalahnya, sebagian besar dari arus imigrasi itu berlangsung secara ilegal, dan akhirnya menimbulkan masalah sosial baru. Kembali Michael Hermann:
"Jika negara-negara ini gagal menggerakkan roda perekonomiannya, maka kita akan berhadapan dengan krisis utang yang baru. Lalu krisis lapangan kerja. Sehingga mereka yang tidak punya pekerjaan di negaranya akan bermigrasi ke wilayah seperti Eropa. Itulah yang akan terjadi, kalau kita tidak mendorong perekonomian negara-negara
miskin ini."

MENURUT SAYA :
- Hendaknya pemerintah dan aparatur negara ini dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk dengan pemerataan pertumbuhan ekonomi terutama sektor ril (UKM)
- Peningkatan kualitas pendidikan serta pemerataan pendidikan di Negeri ini merupakan faktor utama dalam pembangunan ekonomi
- Pemerintah juga diharapkan dapat menciptakan iklim pertumbuhan investasi yang kondusif serta aman di Negeri ini
- Penegakan hukum juga berperan penting dalam penciptaan stabilitas pembangunan ekonomi